Senin, 26 April 2010

CESTODA

Bab II

PEMBAHASAN

Cacing pita merupakan subkelas cestoda, kelas cestoidea, filum platyhelminthes. Cacing dewasa menempati saluran usus vertebratadan larvanya hidup dijaringan vertebratan dan invetebrata. Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan endoparasit dan dikenal sebagai cacing pita. Cacing dewasa hidup dalam usus pertebrata dan larvanya hidup dijaringan vertebratan dan invetebrata. CESTODA (Cacing Pita) Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing disebut Proglottid. Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (Sucker) yang memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin. Pembentukan segmen (segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi. Contoh : Taenia solium Cacing pita manusia Menyebabkan Taeniasis solium. Menyebabkan Taeniasis saginata. Pada skoleknya tidak terdapat kait-kait. Memiliki hospes perantara Sapi. Daur hidupnya sama dengan Taenia solium. Diphyllobothrium latum, Menyebabkan Diphyllobothriasis Pada skoleknya terdapat kait-kait. Proglotid yang matang menjadi alat reproduksinya. Memiliki hospes perantara Babi.

Himenolepis nana :Cacing pita yang hidup dalam usus manusia dan tikus. Tidak memiliki hospes perantara.Tubuh simetribilateral, bulat panjang (gilig) disebut cacing gilig.

1. Morfologi

Dari cestoda pada Dipllobotrium Latum yaitu panjang 10 m, terdiri atas segmen segmen yang berwarna kelabu kuningan. Sklotes mirip sendok panjang 2 – 3 mm dan lebat + 1 mm, melakukan berbentuk celah (botria) lekukan dan diventral leher telur : kecil tidak bersegmen, jauh lebih panjang dari skoleksi lonjong, coklat ukuran 70 × 45.

2. Distribusi geografi

Penyebaran cestoda pada populasi di alam ada yang cosmopolitan dan ada yang penyebaranya dilakukan secara tidak langsung oleh manusia.

3. Siklus hidup

`Proglottid Masak (terdapat dalam feses) bila tertelan oleh babi Embrio Heksakan, menembus usus dan melepaskan kait-kaitnya Larva Sistiserkus (dalam otot lurik babi) tertelan manusia Cacing dewasa. Taenia saginata Cacing pita manusia. Menyebabkan Taeniasis saginata. Pada skoleknya tidak terdapat kait-kait. Memiliki hospes perantara Sapi. Daur hidupnya sama dengan Taenia solium. Diphyllobothrium latum, Menyebabkan Diphyllobothriasis. Parasit pada manusia dengan hospes perantara berupa katak sawah (Rana cancrivora), ikan dan Cyclops. Echinococcus granulosus Cacing pita pada anjing.

1. Siklus Cacing Pita ( Taenia saginata / Taenia solium ) adalah T-O-H- C (Cacing) maksudnya

Dari Telur – Oncosfer – Hexacant – Cysticercus ( diternak ) dan dimanusia menjadi Cacing dewasa .

2. Manusia terinfeksi cacing pita ketika makan daging ternak yang mengandung Cysticercus

artinya manusia terinfeksi oleh cacing pira tidak dalam bentuk cacing dewasa , atau dari telurnya atau dalam bentuk jarva Oncosfer atau larva hexacant , jadi terkena ketika makan daging yang mengandung cisticercus yang belum mati .

1. Sebenarnya tidak akan ada cacing pita ini jika semua membuang kotorannya ke WC ( yang ada septic tank nya).

4. Hospes
Manusia merupakan hospes definitive.

Hospes reservoarnya adalah sapi dan babi, yang memerlukan hospes perantara yaitu kedua spesies Taenia; sedangkan sapi merupakan hospes perantara untuk spesies Taenia saginata dan babi merupakan hospes perantara
untuk spesies Taenia solium. Parsit ini menyebabkan penyakit yang disebut difilobobiasis.

5. Patologi Dan Gejala Klinis
Gejala dari penyakit cysticercosis biasanya muncul beberapa minggu sampai dengan 10 tahun atau lebih setelah seseorang terinfeksi. Telur cacing akan tampak pada kotoran orang yang terinfeksi oleh Taenia solium dewasa antara 8 – 12 minggu setelah orang yang bersangkutan terinfeksi, dan untuk Taenia saginata telur akan terlihat pada tinja antara 10-14 minggu setelah seseorang terinfeksi oleh Taenia saginata dewasa.

6. Diagnosis

1. Diagnose taeniasis dapat dengan 2 cara yaitu :

a. Menanyakan riwayat penyakit (anamnesis)

Didalam anam nesis perlu ditanyaka antara lain apakah penderita pernah mengeluarkan proglotid (segmen) dari cacing pita baik pada waktu BAB maupun secara spontan.

b. Pemeriksaan tinja

Tinja yang diperiksa adalah tinja sewaktu berasal dari defekasi spontan. Sebaiknya diperiksa dalm keadaan segar. Bila tidak memungkinka untuk diperiksa segera, tinja tersebut diberi formalin 5-10 % atau spriritus sebagi pengawet.

7. Cara pencegahan dan pengobatan

a. Pencegahan :
Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan kesehatan untuk
mencegah terjadinya pencemaran/kontaminasi tinja terhadap tanah, air, makanan dan pakan ternak dengan cara mencegah penggunaan air limbah untuk irigasi; anjurkan untuk memasak daging sapi atau daging babi secara sempurna.

b. Pengobatan :

untuk pengobatan T.
saginata dan Taenia solium. Niclosamide (Niclocide®, Yomesan®) saat ini sebagai obat pilihan kedua kurang cukup tersedia secara luas dipasaran. Untuk
cysticercosis tindakan operasi (bedah) dapat menghilangkan sebagian dari gejala penyakit tersebut. Pasien dengan cysticercosis SSP harus diobati dengan
praziquantel atau dengan albendazole di rumah sakit dengan pengawasan ketat;
biasanya diberikan kortikosteroid untuk mencegah oedem otak pada penderita
cysticerci.








0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda